iklan banner

Upaya PKB Dalam Pelestarian Kitab Kuning

(harianbumiayu.com),- Sirampog, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Brebes, menggelar Musabaqoh Kitab Kuning tingkat Nasional yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikmah 2 Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Sabtu,09/04/16. Merupakan tahap penyisihan untuk mencari pemenang yang akan maju ke tingkat nasional.

Pantia kegiatan, Mustholah mengatakan, Musabaqoh Kitab Kuning diikuti oleh para santri dari beberapa Ponpes se eks Karesidenan Pekalongan yang meliputi Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes.

  "Musabaqoh  yang digelar ini merupakan tahap penyisihan untuk mencari empat pemenang yang selanjutnya akan maju di tingkat nasional di Jakarta yang diselenggarakan oleh DPP PKB," ujarnya.
Dijelakan maksud dan tujuan Musabqoh Kitab Kuning untuk memperkokoh pondasi umat Islam melalui penguasaan kitab kuning yang saat ini sudah mulai berkurang. Kitab Kuning merupakan sebutan untuk kitab-kitab klasik berbahasa arab yang biasanya berisi pokok-pokok ajaran Islam dan penjabarannya.

 "Kitab kuning itu berbahasa arab dan tulisannya tanpa harokat atau tanda baca, untuk dapat membaca dan mengetahui maksudnya dibutuhkan pengauasaan tata bahasa arab," terang Mustholah.

 PKB ingin melestarikan itu, sekaligus mencari bibit atau generasi yang mengusai pengetahuan agama yang baik. Pengusaan terhadap pengetahuan agama yang baik merupakan pondasi kokoh untuk kalangsungan bangsa dan negara.

  "Melalui musabaqah ini, mudah-mudahan semakin memicu para santri lebih giat belajar kitab kuning. Keberkahan dari Allah sudah pasti akan dapat, sedangkan musabaqah ini sebagai upaya PKB memberikan apresiasi kepada santri,” terang Mustolah.

Sementara dalam sambutan pembukaan acara, Pengasuh Ponpes Al Hikmah 2 Benda, KH Sholahudin Masruri menyambut baik dengan kegiatan musabaqoh kitab kuning yang digelar di pesantrennya. Menurutnya, perhatian terhadap kitab kuning di kalangan santri saat ini diakui mulai berkurang, minta untuk mempelajar dan mendalaminya relatif menurun.dan Sekarang kebanyakan lebih cenderung pada pendidikan formal dengan kurikulum yang praktis tidak ada kajian terhadap kitab kuning.

Berkurangnya santri untuk mempelajari Kitab Kuning sangat memperihatinkan karena akan menghambat regenerasi ulama. Pendidikan formal seperti sekolah umum maupun kejuruan meski itu di pesantren biasanya hanya memberikan pelajaran praktek ibadah dan akhlak, tanpa kemampuan membaca kitab kuning yang menjadi referensinya. , katanya – (H05/Imam).