iklan banner

Mahar Kematian



Mahar Kematian
Karya E Fidiyanto

Akan datang masa
kau terhempas laksana kapas
mengambang di awang-awang
ditunggui ribuan malaikat, juga iblis!
ribuan pasang mata menyaksikan
masa itu, sakaratul mautmu. Tak lagi kau tawar...

Kelu, kaku, kejang!
Terputus urat nadimu.
Melebihi tusukan ribuan pedang.
ketika itu, sedetik berharga bagimu
kau ingin kembali lantas mengadu

Anakmu mencari makna kematian
Sampai menebar tanya pada orang-orang suci

"Bapakku menggigil ketika datang waktunya.
Lidah menjulur, matanya melotot dan basah.
apa makna kematian?"
Anakmu menarik serban pak Kyai
Sebab ia diam seribu bahasa. Tak tahu maknanya...

Anakmu merengek, tak tahu maknanya
sedang kau dilempari
pertanyaan oleh malaikat berwajah garang
Kejang dihimpit bumi! Kejang tak pernah mati!
Sampai datang matahari sejengkal sebagai mahkota

Anakmu merengek, pak Kyai mengelus kepalanya
sambil berkata: "Siapkan mahar kematian.
Bukan kafan, bukan kembang tujuh rupa,
bukan pula kemenyan. Dan lagi, bukan harta!"
"Apakah itu?" anakmu bertanya
"Pelihara segumpal daging di dalam dadamu. Jangan sampai ia mati."

Anakmu tak paham maksudnya
lantas ia terus mencari makna kematian
sampai di batas malam, sampai datang waktunya.